Mendengar nama Oshin rasanya bukan hal asing lagi, apalagi film
ini sempat booming di Era 80'an sampai dengan 90'an
Film yang memang di Ilmahi dari kisah nyata seorang wanita Jepang, Mulai dari ia tumbuh hingga menjadi tua.
Film yang memang di Ilmahi dari kisah nyata seorang wanita Jepang, Mulai dari ia tumbuh hingga menjadi tua.
Oshin Asli, Ibu dari Kazuo Wada
Kalian kenal Oshin? Mungkin ada yang kenal, mungkin ada yang tidak. Maka akan saya ceritakan siapa si Oshin ini.
Usianya baru 7 tahun saat ayahnya menyuruh Oshin menjadi babysitter, untuk membantu keluarganya yang hidup susah di tahun 1907. Di usia sekecil itu, Oshin harus menerima perlakuan kasar secara fisik dan kata2 merendahkan dari kepala pelayan di rumah majikan tersebut. Tapi Oshin bertahan, demi keluarganya. Hingga suatu hari dia dituduh mencuri, Oshin tidak terima, semiskin apapun keluarganya, dia tidak akan mencuri. Dia bisa tegar bekerja dibawah cacian. Tapi tidak dengan tuduhan mencuri. Oshin pergi dari rumah majikan tersebut. Kabur, pulang ke rumahnya. Jaman itu, bukan perkara mudah melakukan perjalanan meski hanya hitungan puluhan kilometer.
Musim dingin, badai salju, hampir mati membeku, Oshin yg kedinginan diselamatkan oleh tentara deserter. Oshin tinggal bersama tentara itu hingga musim dingin berlalu, salju mencair.
Cerita Oshin ini panjang sekali; berganti majikan, tumbuh menjadi remaja, bercita-cita menjadi penata rambut, kabur ke Tokyo menolak menjadi pelayan bar, menikah, dibenci oleh mertuanya, membesarkan anak, memiliki toko ikan, melewati gempa bumi besar, perang, kesusahan hidup datang silih berganti. Hingga akhirnya kebahagiaan sejati tiba.
Sinema Oshin sangat berkesan untukku, karena film
ini menceritakan kisah hidup seorang perempuan miskin yang penuh perjuangan dan
kerja keras hingga akhirnya Ia berhasil menjadi seorang pengusaha wanita sukses
di Jepang.
Film ini berawal dari
kisah Oshin kecil. Oshin adalah anak petani miskin yang bekerja menggarap tanah
milik orang lain. Walaupun miskin, Oshin kecil adalah anak yang berpendirian
kuat, rajin dan optimistis. Dia melarikan diri dari rumah ketika Ayahnya akan
menjadikannya istri atau pekerja hiburan (lupa) oleh seorang lelaki kaya
di kampungnya. Oshin kecil kemudian bekerja di rumah keluarga juragan beras
yang baik hati, walaupun Ia telah dianggap anak sendiri, Oshin tetap bekerja
keras di rumah keluarga tersebut.
Hidup dalam perjuangan dan ketabahan seorang wanita
desa yang lugu dan miskin bernama Oshin. Berkat kegigihan dan semangat pantang
menyerah yang dimilikinya, Oshin berhasil menjadi pengusaha kaya-raya dan
memiliki beberapa buah supermarket.
Di dalam serial yang banyak menguras air mata itu, ada satu kisah yang membuatku terhenyak dan tak habis pikir. Juga Diceritakan bahwa saat itu keluarga para petani di Jepang sangat miskin. Mereka tidak mempunyai lahan sendiri, jadi hanya bertindak sebagai buruh yang menggarap sawah milik para tuan tanah. Ketika panen tiba, para petani ini wajib menyetorkan sebagian dari hasil panen kepada pemilik lahan alias tuan tanah. Dan hanya tersisa sedikit beras yang harus dibagi untuk memberi makan seluruh keluarga dan harus cukup untuk enam bulan sampai musim panen berikutnya.
Sayangnya jatah beras yang tersedia hanya sedikit sedangkan jumlah anggota keluarga banyak. Oshin tinggal bersama ayah, ibu, saudara-saudaranya dan seorang nenek (ibu dari ayah Oshin). Karena beras yang ada tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, ayah Oshin sebagai kepala keluarga mengambil keputusan hendak membuang ibunya ke gunung. Harapannya dengan berkurangnya jumlah anggota keluarga, maka persediaan beras yang ada akan cukup.
Tak percaya tapi nyata, pikiran kekanak-kanakku tidak dapat mencerna hal itu. Mengapa seorang anak, dalam hal ini ayah Oshin, bisa begitu tega mempunyai pikiran keji seperti itu. Membuang ibunya sendiri, ibu kandungnya, ibu yang telah melahirkan dan mengasuhnya sampai dewasa? Tidakkah ia mempunyai rasa belas kasihan kepada ibunya? Tidakkah ia mengingat jasa dan peluh ibunya selama dia kecil? Mengapa kemiskinan yang mendera bisa membuat seseorang menjadi jahat, di luar batas peri kemanusiaan? Sekejam itukah kemiskinan? Berbagai pertanyaan melintas-lintas di kepala kanak-kanakku dan tak sanggup kujawab.
Setelah dewasa aku baru menyadari bahwa hidup itu keras dan sekeras apapun hidup tak lantas harus membuang orang tua yang telah membesarkan kita dengan segenap jiwa raganya ....
Oshin adalah drama mengharu biru televisi Jepang.
Sebagian penduduk Jepang dibesarkan oleh cerita ini (diputar di televisi Jepang tahun 1983), banyak sekali penduduk Jepang yang jatuh cinta pada Oshin kecil dan perjuangan hidupnya. Wanita yang tidak pernah menyerah, tidak akan, sesulit apapun. Wanita yang memiliki kehormatan dan sungguh2 menjaganya. Ibu rumah tangga yang tangguh, semuanya tumplek blek di tontonan ini. Serial televisi ini pernah menguasai hingga 63% share penonton televisi Jepang, angka yang fantastis. Saya tidak tahu seberapa besar pengaruhnya terhadap etos kerja penduduk Jepang, boleh jadi signifikan. Itu termasuk rangkaian tahun2 penting bangkitnya Jepang sebagai raksasa ekonomi baru setelah negaranya hancur lebur oleh bom atom.
Oshin, adalah salah satu cara efektif menanamkan pemahaman hidup yang baik. Tidak terbayangkan, kalau stasiun televisi kita punya 10 drama seperti Oshin, mungkin kita bisa berhenti mencemaskan banyak hal. Keluarga memiliki serial favorit yang penuh pesan moral. Anak2, remaja2, hingga ibu rumah tangga punya tontonan kesayangan yang bertenaga menanamkan pesan positif.
Maka, semoga besok lusa, masih tersisa orang2 yang peduli, menyiapkan rencana untuk memberikan tontonan alternatif yang bermanfaat bagi banyak orang di televisi kita.
0 komentar:
Posting Komentar